Sejarah
Desa Beraban
Asal
usul nama Desa Beraban nama suatu
tempat ataupun Desa pada umumnya
didasarkan atas suatu peristiwa baik yang bersifat positif maupun yang bersifat
negatif atau dikaitkan pula dengan berbagai hal berbagai peringatan dari
peristiwa atau hal tersebut. Demikian juga halnya Desa Beraban yang berlokasi di dekat pantai Tanah Lot di wilayah
Kecamatan Kediri, Daerah Tingkat II Tabanan. Asal usulnya berkaitan erat dengan
pergeseran/perpindahan pemukiman penduduk yang semula bermukim di sepanjang
pantai mengalih ketengah.
Pemukiman
di pesisir pantai diawali dengan kedatangan “Dalem Kresna Kepakisan“ ke Bali
pada awal tahun 1380. Beliau diiringi oleh para Arya, para Rsi dan banyak
pengikutnya yang lain. Tersebut juga di dalam lontar itu Beliau beserta rombongan menuju tempat yang dianggap
suci yakni : Sila Ngungang yang kini
disebut Batungaus (disebelah timur pura Tanah Lot).
Beberapa
pengikut Beliau tidak ikut melanjutkan perjalanan, bahkan membuat pemukiman di
sepanjang pantai ke barat, yang namanya disesuaikan dengan keadaan alam dan
lingkungan, seperti Batu Ngemped, Batu Gang, dan lain sebagainya. Dikisahkan juga didalam lontar “Empu Pradnyana Siwa“ adanya
seorang gadis cantik yang lahir dari “Pilahingwatu“.
Di pemukiman Batu Gang (Batugaing)
kejelitaan itulah yang pada akhirnya mengundang bencana, dimana “Ki Dawang“
pelarian dari Kunir Lidah (sekarang
disebut Nyitdah), menggoda si anak Gadis tersebut, yang akhirnya menimbulkan
keributan dan kegaduhan di seluruh pemukiman tersebut Keberebehan Dening Kala. Untuk menenangkan suasana para
Rsi/Bagawanta mendirikan suatu pura Prahahyangan
penyimpan kala yang sekarang disebut
pura Kali Pisang. Terletak di
Pangkung Tibah disebelah Barat Desa
Beraban. Dari kata Berebehan kemudian
berubah menjadi Beraban. Dijaman pemerintahan Dalem khususnya Dalem
Baturenggong, struktur politik dan kenegaraan Keraton Gelgel lebih mendekati
Sistem Negara Kesatuan. Semua penguasa Daerah di Bali bertanggung jawab
langsung kepada Penguasa tertinggi di Gelgel. Dengan restu Gelgel diangkatlah
Ki Bendesa Beraban selaku Penguasa di
Desa Pakraman Beraban, didampingi oleh para Rsi/Bagawanta. Pada saat Ki Bendesa Berabanlah datangnya “Dang Hyang Dwijendra“ (Tahun 1578) di Desa Beraban, dan melakukan penyucian
diri di Gili Bio, yang artinya pulau
ditengah laut (Sekarang dengan nama Pura
Tanah Lot ).
Sesaat
Dang Hyang Dwijendra meninggalkan Desa Beraban, Beliau sempat
menghadiahkan sebuah keris Pusaka atau Pasupati
yang diberi nama Ki Baru Gajah. Beberapa tahun kemudian Ki Bendesa Beraban membuktikan keampuhan Keris Pusaka tersebut
terhadap musuhnya “Ida Dalem“,
Ibhuta Raja Kala Bebaung yang sedang
merajalela di Baliling ( Buleleng ).
Setelah tewasnya Ibhuta Raja Kala Bebaung, Ki Bendesa Sakti Beraban menuntut Janji terhadap Ida Dalem, yang mana Ida
Dalem dengan berat hati dan terpaksa menyerahkan permaisurinya yang sedang
hamil tua, dengan syarat agar jangan di campuri sebelum kandungan tersebut
lahir. Putra Dalem kemudian lahir dalam perjalanan di Nyitdah, serta diberi
nama Satrya Pungakan Dalem.
Keris
itu kemudian diserahkan kepada Satrya Pungakan Dalem, yang akhirnya karena
suatu dan lain hal Keris itu pindah ketangan Arya, serta kini disimpan di Puri
Kediri. Pada tahun 1686, pindahnya Kerajaan Dalem dari Gelgel ke Klungkung
(Puri Semara Pura) Politik dan sistem dan Kenegaraan lebih mendekati sistim
Konfederasi, dimana Kerajaan Klungkung tidak lagi sebagai Penguasa Politik
Tertinggi.
Pada
saat itu pula, Kerajaan Mengwi mencapai puncak kejayaanya, serta sempat
memporakporandakan Desa Beraban dalam
menjalankan expansinya. Disaat jatuhnya Mengwi terjadi lagi perpindahan
Pemukiman Penduduk, seperti Pasekan pindah ke Gegelang, Batu Ngemped dan Njung
Pura ke Dukuh. Sehingga itulah yang merupakan tonggak awal pembenahan struktur Desa, yang sudah barang tentu perubahan-perubahannya
mengikuti perkembangan jaman dan Era pembangunan, Lahirnya beberapa Banjar/Dusun. Setelah terkepungnya
kerajaan Mengwi oleh laskar Tabanan dan Badung, barulah adanya ketenangan dan
ketentraman, termasuk pula Desa
Beraban mulai berbenah diri mengaktifkan masing-masing Banjar yang ada diwilayah Desa
Beraban. Adapun Banjar yang mewilayahi Desa Beraban pemberian namanya telah dikaitkan/disesuaikan
dengan Letak, Denah dan juga peringatan dari pada suatu peristiwa.
Sangat
erat kaitannya dengan peristiwa atau kejadian seorang Gadis Cantik (bernama Parieng Waringin) yang pernah membawa
bencana atau malapetaka “Keberebehan“,
sehingga merupakan kesan dan kenangan yang tidak bisa dihapuskan maka wujud dan
pigur si “Parieng Waringin “
diwujudkan dalam struktur Desa
membujur dari utara kearah selatan menuju laut. Paling ujung utara merupakan
Hulu atau Kepala adalah Banjar “Ulu Desa“ turun kebawah yang merupakan
leher, Banjar “Gegelang“ berasal dari kata “Langga” artinya tenggorokan. Banjar “Batu Buah“
(sekarang Batanbuah) merupakan
“Payudara“, Banjar Beraban, terletak
dititik tengah antara batas utara dan selatan (Laut) merupakan Navel-Nya Desa, terbukti Parahyangan
“Puser Tasik“, di Banjar Beraban, sehingga nama Banjar disamakan dengan nama Desa. Banjar Batu Gang (Sekarang
Batugaing) merupakan Boga (Vagina).
Adapun
Banjar Dukuh atau Kukuh yang artinya “Tahan“, merupakan orang-orang yang kuat
menahan diri untuk melepaskan keduniawian, yang juga merupakan tangan kanannya
disebelah kiri adalah Banjar Sinjuana,
berasal dari kata “Sindhu dan Wana”
yang artinya hutan rawa. Konon dulu sebelum Kerajaan Mengwi merupakan
batas wilayah Beraban. Sedangkan Banjar
yang terakhir terletak di tapal batas timur Desa,
sekarang merupakan pemukiman orang-orang yang di beri nama Suaka pada jaman kerajaan Mengwi. Mereka berjanji untuk memenuhi
semua peraturan dan tata tertib yang berlaku di Desa Beraban. Dari kata janji lahirlah Banjar Nyanyi.
Saat
ini Desa Beraban terbagi atas : (1) 10
(Sepuluh) Banjar dinas yaitu : Banjar
Ulundesa, Banjar Gegelang, Banjar Batanbuah Kaja, Banjar Batanbuah, Banjar Beraban, Banjar Batugaing
Kaja, Banjar Batugaing, Banjar Dukuh, Banjar Sinjuana dan Banjar
Nyanyi. (2) 13 (Lima Belas) Banjar adat yaitu : Banjar adat Ulundesa, Banjar
adat Gegelang, Banjar adat Batanbuah
Kaja, Banjar adat Batanbuah, Banjar adat Beraban, Banjar adat Batugaing
Kaja, Banjar adat Batugaing, Banjar adat Dukuh, Banjar adat Enjungpura, Banjar adat Sinjuana Kaja, Banjar
adat Sinjuana Tengah, Banjar adat Sinjuana Kelod dan Banjar
adat Nyanyi (Sumber : Profil Desa Beraban Tahun 2016).
🙏🏻🙏🏻🙏🏻salam satriya dalem
BalasHapusJero dangin kediri
BalasHapus