Kamis, 23 Februari 2017

Sejarah Desa Beraban



Sejarah Desa Beraban

            Asal usul nama Desa Beraban nama suatu tempat ataupun Desa pada umumnya didasarkan atas suatu peristiwa baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif atau dikaitkan pula dengan berbagai hal berbagai peringatan dari peristiwa atau hal tersebut. Demikian juga halnya Desa Beraban yang berlokasi di dekat pantai Tanah Lot di wilayah Kecamatan Kediri, Daerah Tingkat II Tabanan. Asal usulnya berkaitan erat dengan pergeseran/perpindahan pemukiman penduduk yang semula bermukim di sepanjang pantai mengalih ketengah.
            Pemukiman di pesisir pantai diawali dengan kedatangan “Dalem Kresna Kepakisan“ ke Bali pada awal tahun 1380. Beliau diiringi oleh para Arya, para Rsi dan banyak pengikutnya yang lain. Tersebut juga di dalam lontar itu Beliau beserta rombongan menuju tempat yang dianggap suci yakni : Sila Ngungang yang kini disebut Batungaus (disebelah timur pura Tanah Lot).
            Beberapa pengikut Beliau tidak ikut melanjutkan perjalanan, bahkan membuat pemukiman di sepanjang pantai ke barat, yang namanya disesuaikan dengan keadaan alam dan lingkungan, seperti Batu Ngemped, Batu Gang, dan lain sebagainya. Dikisahkan juga didalam lontar “Empu Pradnyana Siwa“ adanya seorang gadis cantik yang lahir dari “Pilahingwatu“. Di pemukiman Batu Gang (Batugaing) kejelitaan itulah yang pada akhirnya mengundang bencana, dimana “Ki Dawang“ pelarian dari Kunir Lidah (sekarang disebut Nyitdah), menggoda si anak Gadis tersebut, yang akhirnya menimbulkan keributan dan kegaduhan di seluruh pemukiman tersebut Keberebehan Dening Kala. Untuk menenangkan suasana para Rsi/Bagawanta mendirikan suatu pura Prahahyangan penyimpan kala yang sekarang disebut pura Kali Pisang. Terletak di Pangkung Tibah disebelah Barat Desa Beraban. Dari kata Berebehan kemudian berubah menjadi Beraban. Dijaman pemerintahan Dalem khususnya Dalem Baturenggong, struktur politik dan kenegaraan Keraton Gelgel lebih mendekati Sistem Negara Kesatuan. Semua penguasa Daerah di Bali bertanggung jawab langsung kepada Penguasa tertinggi di Gelgel. Dengan restu Gelgel diangkatlah Ki Bendesa Beraban selaku Penguasa di Desa Pakraman Beraban, didampingi oleh para Rsi/Bagawanta. Pada saat Ki Bendesa Berabanlah datangnya “Dang Hyang Dwijendra“ (Tahun 1578) di Desa Beraban, dan melakukan penyucian diri di Gili Bio, yang artinya pulau ditengah laut  (Sekarang dengan nama Pura Tanah Lot ).
            Sesaat Dang Hyang Dwijendra meninggalkan Desa Beraban, Beliau sempat menghadiahkan sebuah keris Pusaka atau Pasupati yang diberi nama  Ki Baru Gajah. Beberapa tahun kemudian Ki Bendesa Beraban membuktikan keampuhan Keris Pusaka tersebut terhadap musuhnya “Ida Dalem“, Ibhuta  Raja Kala Bebaung yang sedang merajalela di Baliling ( Buleleng ). Setelah tewasnya Ibhuta Raja Kala Bebaung, Ki Bendesa Sakti Beraban menuntut Janji terhadap Ida Dalem, yang mana Ida Dalem dengan berat hati dan terpaksa menyerahkan permaisurinya yang sedang hamil tua, dengan syarat agar jangan di campuri sebelum kandungan tersebut lahir. Putra Dalem kemudian lahir dalam perjalanan di Nyitdah, serta diberi nama Satrya Pungakan Dalem.
            Keris itu kemudian diserahkan kepada Satrya Pungakan Dalem, yang akhirnya karena suatu dan lain hal Keris itu pindah ketangan Arya, serta kini disimpan di Puri Kediri. Pada tahun 1686, pindahnya Kerajaan Dalem dari Gelgel ke Klungkung (Puri Semara Pura) Politik dan sistem dan Kenegaraan lebih mendekati sistim Konfederasi, dimana Kerajaan Klungkung tidak lagi sebagai Penguasa Politik Tertinggi.
            Pada saat itu pula, Kerajaan Mengwi mencapai puncak kejayaanya, serta sempat memporakporandakan Desa Beraban dalam menjalankan expansinya. Disaat jatuhnya Mengwi terjadi lagi perpindahan Pemukiman Penduduk, seperti Pasekan pindah ke Gegelang, Batu Ngemped dan Njung Pura ke Dukuh. Sehingga itulah yang merupakan tonggak awal pembenahan struktur Desa, yang sudah barang tentu perubahan-perubahannya mengikuti perkembangan jaman dan Era pembangunan, Lahirnya beberapa Banjar/Dusun. Setelah terkepungnya kerajaan Mengwi oleh laskar Tabanan dan Badung, barulah adanya ketenangan dan ketentraman, termasuk pula Desa Beraban mulai berbenah diri mengaktifkan masing-masing Banjar yang ada diwilayah Desa Beraban. Adapun Banjar        yang mewilayahi Desa Beraban pemberian namanya telah dikaitkan/disesuaikan dengan Letak, Denah dan juga peringatan dari pada suatu peristiwa.
            Sangat erat kaitannya dengan peristiwa atau kejadian seorang Gadis Cantik (bernama Parieng Waringin) yang pernah membawa bencana atau malapetaka “Keberebehan“, sehingga merupakan kesan dan kenangan yang tidak bisa dihapuskan maka wujud dan pigur si “Parieng Waringin “ diwujudkan dalam struktur Desa membujur dari utara kearah selatan menuju laut. Paling ujung utara merupakan Hulu atau Kepala adalah BanjarUlu Desa“ turun kebawah yang merupakan leher, BanjarGegelang“ berasal dari kata “Langga  artinya tenggorokan. BanjarBatu Buah“ (sekarang Batanbuah) merupakan “Payudara“, Banjar Beraban, terletak dititik tengah antara batas utara dan selatan (Laut) merupakan Navel-Nya Desa, terbukti ParahyanganPuser Tasik“, di Banjar Beraban, sehingga nama Banjar disamakan dengan nama Desa. Banjar Batu Gang (Sekarang Batugaing) merupakan Boga (Vagina).
            Adapun Banjar Dukuh atau Kukuh yang artinya “Tahan“, merupakan orang-orang yang kuat menahan diri untuk melepaskan keduniawian, yang juga merupakan tangan kanannya disebelah kiri adalah Banjar Sinjuana, berasal dari kata “Sindhu dan Wana  yang artinya hutan rawa. Konon dulu sebelum Kerajaan Mengwi merupakan batas wilayah Beraban. Sedangkan Banjar yang terakhir terletak di tapal batas timur Desa, sekarang merupakan pemukiman orang-orang yang di beri nama Suaka pada jaman kerajaan Mengwi. Mereka berjanji untuk memenuhi semua peraturan dan tata tertib yang berlaku di Desa Beraban. Dari kata janji lahirlah Banjar Nyanyi.
Saat ini Desa Beraban terbagi atas : (1) 10 (Sepuluh) Banjar dinas yaitu : Banjar Ulundesa, Banjar Gegelang, Banjar Batanbuah Kaja, Banjar Batanbuah, Banjar Beraban, Banjar Batugaing Kaja, Banjar Batugaing, Banjar Dukuh, Banjar Sinjuana dan Banjar Nyanyi. (2) 13 (Lima Belas) Banjar adat yaitu : Banjar adat  Ulundesa, Banjar adat Gegelang, Banjar adat Batanbuah Kaja, Banjar adat Batanbuah, Banjar adat Beraban, Banjar adat Batugaing Kaja, Banjar adat Batugaing, Banjar adat Dukuh, Banjar adat Enjungpura, Banjar adat Sinjuana Kaja, Banjar adat Sinjuana Tengah, Banjar adat Sinjuana Kelod dan Banjar adat Nyanyi (Sumber : Profil Desa Beraban Tahun 2016).

2 komentar: